Menurut Robinson ( 1981: 19) Pelatihan dakwah merupakan alat
untuk memperbaiki penampilan kemampuan da’I atau organisasi dakwah dengan
harapan memperbaiki performan organisasi dakwah. Contoh : seorang da’I yang
pertama melakukan kesalahan dalam berdakwah, missal tidak tepat dalam menyampaikan
pesan dakwah dengan mad’u yang menjadi obyek dakwah. Dakwah di lingkungan orang
miskin, tapi temanya tentang hidup
sederhana. Seharusnya da’I memberikan dakwah yang dibutuhkan oleh mad’u, missal
tema tentang wirausaha atau hal – hal yang berkaitan motivasi, maka diharapkan
setelah adanya pelatihan maka dapat dipetik manfaat pelatihan dakwah tersebut
untuk mendukung aktifitas dakwah.
2.
Ketrampilan berdakwah diajarkan
agar para da’I dapat melaksanakan dakwah sesuai dengan standar yang diinginkan.
Contoh : da’I yang mendapat pelatihan dakwah dapat meningkatkan pengetahuan
yang dia miliki dan menumbuhkan semangat untuk mencapai da’I professional.
3.
Pelatihan dakwah juga dapat
memperbaiki sikap- sikap terhadap tugas
dakwah, terhadap masyarakat atau sesame da’, sikap – sikap yang tidak produktif
timbul dari salah pengertian yang disebabkan oleh informasi yang tidk cukup,
dan informasi yang membingungkan. Sehingga manfaat adanya pelatihan dakwah
ditujukan pada penjelasan tentang fakta – fakta secara jujur. Contoh : ketika
berdakwah ada kecurigaan mad’u terhadap da’I karena kurangnya informasi yang
cukup tentang da’I tersebut.
Manfaat pelatihan dakwah oleh
Richard B, Johnson dalam Organisasi and
Management of Trining ( 1976), yang merumuskan manfaat pelatihan dakwah
dengan pertanyaan What problem can Trining Solve? Sehingga dari pertanyaan
tersebut dapat diambil manfaat pelatihan dakwah antara lian:
1.
Menambah produktifitas para
da’I
Contoh : dengan adanya pelatihan dakwah, maka da’I lebih produktif
dalam berdakwah
2.
Memperbaiki kualitas da’I dan
menaikkan semangat dakwah
3.
Mengembangkan keterampilan,
pengetahuan, pengertian, dan sikap – sikap baru dalam berdakwah.
4.
Dapat memperbaiki cara
penggunaan yang tepat alat – alat, mesin, proses, metode dan lain – lain dalam
berdakwah
5.
Mengurangi pemborosan,
kecelakaan, keterlambatan, kelalaian, biaya berlebihan, dan ongkos-ongkos yang
tidak diperlukan dalam berdakwah
6.
Melaksanakan perubahan dan
pembaruan kebijakan atau aturan- aturan baru dalam berdakwah
7.
Memerangi kejenuhan atau
keterlambatan dakwah skill, teknologi, metode, produksi, pemasaran, modal dan
manajemen
8.
Meningkatkan pengetahuan agar
sesuai dengan standar performance sesuai dengan aktivitas dakwah
9.
Mengembnagkan, menempatkan, dan
menyiapkan da’I untuk maju, memperbaiki pendayagunaan tugas da’I dan meneruskan
dakwah( menjamin kelangsungan dakwah)
10. Menjamin ketahanan dan pertumbuhan organisasi dakwah
Kesimpulan : Tujuan akhir dari pelaksanaan dakwah adalah untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan tugas da’I. sehingga mereka lebih professional
dalam melaksanakan tugas, sesuai dengan standar dakwah yang sudah ditentukan
oleh suatu organisasi atau lembaga dakwah.
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai oleh penyelenggaraan pelatihan
dakwah adalah meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap baik seorang
da’I dalam melaksanakan dakwah secara terus- menerus. Selanjutnya para da’I
yang kemampuannya sudah meningkat , diharapkan akan dapat memberikan pelayanan
dakwah yang lebih bermutu. Mutu merupakan tanggung jawab semua da’I terutama
da’I yang menduduki jabatan structural dalam organisasi dakwah.