Jumat, 05 Juli 2013

Prinsip-prinsip jurnalistik islami

Menurut Jalaluddin Rakhmat, dalam  “Etika Komunikasi: Perspektif Religi”, Beberapa aspek etika jurnalistik yang tergambar dalam Alqur’an diantaranya:

a.    Fairness:
Istilah ini khususnya yang menyangkut komunikasi massa yang meliputibeberapa aspek etis, misalnya menerapkan etika kejujuran atau obyektivitas,berdasarkan fakta, tidak memihak dengan menulis berita secara berimbang sertamenerapkan etika kepatutan atau kewajaran.Aspek kejujuran atau obyektivitas dalam komunikasi merupakan etika yangdidasarkan kepada data dan fakta. Faktualitas menjadi kunci dari etika kejujuran;menulis dan melaporkan dilakukan secara jujur, tidak memutarbalikkan fakta yang ada. Dalam istilah lain adalah informasi yang teruji kebenarannya dan orangnya terpercaya atau dapat diakui integritas dan kredibilitasnya. Dalam Alqur’an kejujuran ini dapat diistilahkan dengan shidq, atau al-haq.    
 Berdasarkan hal-hal inilah maka seorang pekerja komunikasi massa dalam pandangan Al qur’an tidak akan berkomunikasi secara dusta atau dengan istilah lahw al-hadits (kebohongan beritaatau cerita palsu) dan al-ifk ( mengada-ada, berita palsu, atau gossip).

Dalam QS Luqman ayat 16 disebutkan : “Dan di antara manusia (ada)orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan(manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olok.Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan”. Ayat ini menyiratkanadanya perilaku orang yang mempergunakan kejahatan atas orang lain demikeuntungan pribadi. 
Dari ungkapan tersebut dapat dipahami mengenai sifat orangyang suka memilih cerita fiktif atau berita bohong demi keuntungan material dandari pilihannya itu banyak orang menderita kesesatan. Dalam konteks komunikasimassa ayat ini dapat dijadikan petunjuk betapa berbahayanya jika informasidisebarluaskan tanpa dasar-dasar kebenaran yang bertujuan menyesatkan publik.Ditambah dengan adanya QS. An-Nur ayat 15 dimana Allah mengingatkan:“Ingatlah ketika kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamukatakana dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikitpun dan kamumenganggapnya sebagai suatu yang ringan saja, padahal itu disisi Allah adalahbesar”.  
Dalam bidang komunikasi massa, hal ini digambarkan melalui peristiwagossip atau hal-hal yang diinformasikan tanpa melalui proses cek dan re-ceksehingga ada seseorang yang diberitakan merasa rugi atau menderita karenaketidakbenaran informasi tersebut.Masih dalam konteks fairness sebagai aspek etis komunikasi massa,seorang yang terlibat dalam bidang jurnalistik ditunut untuk menyampaikan informasiberdasarkan fakta yang terjadi, artinya berasaskan kebenaran.
Seperti yangdinyatakan dalam QS. Al-Baqarah 147, Alqur’an mengajarkan agar kita berkatabenar, tidak boleh menyembunyikan kebebaran atau mencampuradukkan antarayang benar dengan hal yang batil. Yang benar itu datangnya dari Allah. Karenanyakamu jangan menjadi orang yang ragu. Dikuatkan juga dengan pernyataan dariQS. Yunus 82 bahwa “Allah akan selalu mengukuhkan yang benar meskipun tidakdisukai oleh orang berdosa”.
Menurut Jalaluddin Rakhmat, prinsip ini dengan bagus diperasionalisasikandalam kode etik Sigma Delta Chi, the Society of Professional Journalism, yangmenyatakan bahwa the duty if journalist Islam to servw the truth. Untuk itupara jurnalis harus bertindak berdasarkan intelegence, objectivity, accuracy, andfairness. Artinya ia harus menghindari dusta, distorsi pesan, fitnah, prasangka ataukesengajaan untuk menutupi fakta sebagai memberikan makna yangmenyesatkan.[1]

b.      Amanah:
Dalam surat al-Mu’minun ayat 8 ditegaskan bahwa salah satu indicatororang beriman yang beruntung adalah sejauhmana ia mampu memelihara amanahyang diberikan kepadanya. Sedangkan pada surat al-Ma’arij ayat 32 Allahmengatakan bahwa orang yang mampu memelihara amanahnya akan terhindardari sifat gelisah bila ditimpa musibah, dan tidak bersifat kikir jika ia mendapatkebaikan atau rizki dari Allah jika ditarik kedalam konteks komunikasi, dapat dipahamibahwa ketidakjujuran dalam memberikan informasi akan menimbulkan kegelisahanbatin dan hilangnya rasa kepedulian sosial terhadap masyarakat.Sifat terpercaya adalah sifat rasul. Nabi Muhammad SAW diberi sifatamanah dan sifat tersebut mestilah dijadikan panutan oleh siapa saja, terutamaseorang komunikator yang bergerak dalam bidang komunikasi massa.

c.       Adil, tidak memihak:
            Dalam praktek jurnalistik berlaku prinsip etis adil danberimbang, artinya tulisan harus disajikan secara tidak memihak. Menyajikan beritayang bersumber dari berbagai pihak yang mempunyai kepentingan, penilaian atausudut pandang
Berlaku adil adalah ajaran Islam, yang dalam istilah Islam kata al-adlberarti memberikan sesuatu yang menjadi hak seseorang, atau mengambil sesuatudari seseorang yang menjadi kewajibannyaini berarti umat Islam diperintahuntuk berkomunikasi dengan benar, tidak memihak, berimbang, dan tentunya sesuaidengan hak seseorang. Keadilan merupakan salah satu sendi dalam pembangunandan sebagai asas utama dalam urusan sosial. Karenanya tidak boleh bagi seorangmukmin untuk membedakan seseorang, meskipun kerabat atau famili terdekat.Keadilan harus diperlakukan sama pada semua bentuk kegiatan seperti memberikanpertimbangan dan pengukuran dalam hal yang berhubungan dengan perkataanatau komunikasi.
Dalam konteks komunikasi massa misalnya dalam penyajian berita di mediacetak atau elektronik sempat Terjadi ketidakadilan – memihak dan tidak berimbangtentu akan mengundang kegagalan dan kehancuran dalam pembangunan, termasukpembangunan komunikasi. berita yang tidak seimbang akan merugikan orang lain,dan itu berarti perbuatan yang dzalim sebagai lawan dari adil.Dalam etika jurnalistik ada prinsip etis dengan memberikan hak jawab,yakni memberikan kesempatan kepada seseorang untuk memperbaiki kekeliruaninformasi yang dipublikasikan dalam media massa. Tujuan hak jawab ini adalah untuk memperbaiki kesalahan dan sekaligus memberikan hak seseorang untukmenyatakan pendapat dengan segala argumentasinya. 
Dengan demikian akan terjadi informasi yang berimbang. Inilah yang dimaksud dalam Kode Etik Jurnalistik. Dengan menyajikan berita secara berimbang dan adil yang bersumber dari berbagai pihak yang punya kepentingan dan penilaian masing-masing. Dalam prakteknya, ada jurnalis atau institusi media massa masih sering menyajikan tulisan atau beritasecara tidak berimbang yang disebabkan adanya faktor kebencian terhadapseseorang atau organisasi dan serta ada nepotisme serta primordial. Artinya masih berpihak kepada kepentingan pribadi atau kelompok mereka sendiri demi meraihkeuntungan semata.






Cara Melaksanakan Proses Jurnalistik Islami


Pelaksana dakwah mempunyai tugas (fungsi) menyebarkan Agama Islam, menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada orang lain.,Dengan demikian seorang jurnalis Islam dalam melaksanakan proses jurnalistik  dengan cara :
a.       Meluruskan Itiqad
     Dalam hubungan ini tiap da’i atau jurnalis bertugas membersihkan kepercayaan yang keliru itu dan mengembalikan umat pada kepercayaan yang hak yakni ajaran Tauhid.
b.      Mendorong untuk beramal
     Banyak orang tidak melakukan amal-amal kebajikan, mungkin karena mereka tidak mengetahui faedah serta cara melakukannya. Dalam hubungan ini jurnalis diharapkan mampu mendorong umat untuk melakukan amalan di jalan Allah.
c.       Mencegah Kemunkaran
     Setiap waktu dan tempat selalu ada kemunkaran, baik yang besar maupun yang kecil. Kemunkaran dan kemaksiatan adalah bentuk perbuatan yang dilarang oleh Allah. Dengan demikian para da’i berusaha mencegah kemunkaran itu, setidak-tidaknya dalam bentuk nasihat atau teguran.
d.      Membersihkan Jiwa
     Tidak cukup manusia disebut baik dalam bentuk lahiriah, tetapi perlu pula bersih batin atau rohaninya. Sudah tentu para jurnalis atau da’i itu sendiri harus bersih jiwanya lebih dahulu, sebelum orang lain membersihkan jiwa mereka.
e.       Mengkokohkan Pribadi
 Tujuan da’i mengkokohkan kepribadian seseorang agar kepribadiannya diwarnai agama dan agar setiap masalah selalu dianalisa dengan kacamata agama dan setiap problema dipecahkan dengan pisau analisa agama.



Pengaruh Globalisasi Komunikasi



Komunikasi yang semakin membludak ini membawa teknologi Infirmasi dan komunikasi yang berkembang pesat pula. Dari situ muncullah dampak atau efek dari komunikasi itu sendiri. Antara lain:

Dampak Positif:
  • Munculnya berbagai sarana Teknologi Komunikasi, membuat sejumlah besar informasi penting dapat mencapai setiap bagian dari dunia dalam waktu singkat. dalam hubungan Internasional, Globalisasi yang menjalar sedemikian cepatnya ke negara-negara lain juga akan menguatkan hubungan diplomatik antar negara
  • Hilangnya sekat antara berbagai negara, ruang dan waktu. Karena komunikan dapat berkomunikasi dengan komunikan dalam waktu yang relatif cepat pada waktu itu juga walaupun keduanya terpisah secara geografis.
  • Dari sisi ekonomi, dengan mudahnya berkomunikasi dan berinteraksi membuka pasar baru, permintaan yang tinggi untuk produk, dan persaingan juga lebih besar.  Demikian juga dengan Peningkatan PDB (Produk Domestik Bruto) yaitu jumlah produksi barang dan jasa. Sehingga banyak ekonom menyatakan bahwa globalisasi dan internet telah menciptakan banyak keuntungan untuk usaha kecil dan menengah di seluruh dunia.
  • Globalisasi Informasi Komunikasi dan Teknologi membantu negara untuk meningkatkan kemakmuran rakyatnya baik dari sisi Ilmu Pengetahuan, Ekonomi, Politik, Sosial dan Budaya.
  • Berkembangnya mode-mode dalam dunia busana, fashion dan arsitektur.
  • Banyak bermunculan kelompok kerjasama baik bilateral, multilateral, regional maupun internasional seperti munculnya International Governmental Organization (IGO’s) seperti United Nations, OIC (Organization of Islamic Countries), maupun gerakan Non-Blok (Non-Aligned Movement). Selain itu kelompok Civil Society juga tidak mau ketinggalan, mereka mendirikan (Non-Governmental Organizations) yang bergerak di banyak bidfang mulai dari sosial, politik, lingkungan, gender, ekonomi, budaya dan lain-lain.
 
Dampak Negatif:

  • Manusia berkomunikasi menggunakan Komunikasi berupa media elektronik, baik itu melalui mobile phone, maupun dunia maya seperti e-mail, chatting, facebook, twitter, dsb sehingga kurangnya penggunaan komunikasi dengan tatap muka.
  •  Globalisasi dianggap  sebagai proses satu arah, yaitu hubungan antara negara maju dengan negara berkembang. mSudut pandang ini membuat globalisasi dianggap terkait erat dengan dominasi dan new iomperialisme oleh negara maju. Dengan kata lain bahwa suatu kelompok masyarakat atau negara yang mempunyai kekuasaan dominan mencoba untuk mempengaruhi atau memaksa kelompok masyarakat atau negara  lain agar mengikuti kemauan mereka. Negara berkembang atau negara dunia ketiga acapkali diartikan sebagai korban dominasi Barat
  • Munculnya istilah “penjajahan budaya” merupakan hubungan tak seimbang dalam
    media dan budaya antar negara. Isu spesifik utamanya adalah aliran tak seimbang dari
    film, pemberitaan, program televisi, musik dari satu negara ke negara-negara lain..
  • Di sisi lain, berkembangnya teknologi informasi menimbulkan pula sisi rawan yang gelap sampai tahap mencemaskan dengan kekhawatiran pada perkembangan tindak pidana di bidang teknologi informasi yang berhubungan dengan “cybercrime” atau kejahatan mayantara.
  • kemajuan pesat teknologi dengan meningkatnya peristiwa kejahatan komputer, pornografi, terorisme digital, “perang” informasi sampah, bias informasi, hacker, cracker dan sebagainya.
  • Proses globalisasi yang sedang berjalan memicu suatu kondisi yang timpang, baik dinegara maju maupun negara berkembang. Kemakmuran sedang digalakkan namun masih terlalu banyak negara maupun masyarakat yang tidak ikut merasakannya.
  • Terdapat banyak kesenjangan antar individu dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial karena tidak terbagi ratanya penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
  • Munculnya kekhawatiran bahwa adanya globalisasi akan menciptakan negara-negara kaya dengan masyarakat miskin didalamnya.



Tolkah, dkk. 2008. Media Pustaka. Semarang: UPT Perpustakaan IAIN Walisongo
Joseph E. Stiglitz. 2007. Making Globalization Work. Bandung. PT Mizan Pustaka

Konsep Pembelajaran Terpadu





Kurikulum Terpadu adalah kurikulum yang menggabungkan sejumlah disiplin ilmu melalui pemaduan isi, keterampilan, dan sikap (Wolfinger, 1994:133).Pembelajaran tidak hanya menekankan pada penguasan materi pelajaran.Akan tetapi skill atau keterampilan dan sikap (attitude) juga berperan dalam mewujudkan suatu kurikulum Terpadu.
Pembelajaran Terpadu sebagai suatu konsep dapat diartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.
Fokus perhatian pembelajaran terpadu terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya (Aminudin, 1994). Berdasarkan hal tersebut maka pengertian pembelajaran terpadu dapat dilihat sebagai:
1.      Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai mata pelajaran yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling serta dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak;
2.      Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara serempak (simultan);
3.      Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa mata pelajaran yang berbeda, dengan harapan siswa akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak.Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/ hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak.
Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran terpadu tampaknya lebih menekankan pada keterlibatan anak dalam proses belajar atau mengarahkan anak secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan. Pendekatan pembelajaran terpadu ini lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakkukan sesuatu (learning by doing).

a.       Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Menurut Hernawan (2009:1.7) Terdapat beberapa karakteristik dalam pembelajaran terpadu, antara lain:
1.      Pembelajaran terpadu berpusat pada siswa (student centered). Dalam hal ini siswe sebagai subjek belajar, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator.
2.      Pembelajaran terpadu dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai Dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3.      Dalam pembelajaran terpadu pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Bahkan dalam pelaksanaan di kelas-kelas awal sekolah dasar, focus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4.      Pembelajaran terpadu menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh.
5.      Pembelajaran terpadu bersifat luwes (fleksibel), sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran yang lainnya. Bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada.
6.      Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Dengan demikian, siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

b.      Landasan Pemikiran
1.      Landasan Filosofis
Landasan yang dimaksudkan pentingnya aspek filsafat dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu, bahkan landasan filsafat ini menjadi landasan utama yang melandasi aspek-aspek lainnya.Perumusan tujuan / kompetensi dan isi/ materi pembelajaran terpadu yang berbeda pula.
2.      Landasan Psikologis
Berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi / teori belajar. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran terpadu yang diberikan kepada siswa dan bagaimana pula nsiswa harus mempelajarinya berkenaan dengan penentuan cara / metode pembelajaran.
3.      Landasan Praktis
Landasan praktis berkaitan dengan kondisi-kondisi nyata yang pada umumnya terjadi dalam proses pembelajaran saat ini, sehingga harus mendapat perhatian dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu.
           
Menurut (Ellis,1993) Secara filosofis, kemunculan pembelajaran terpadu dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat berikut:
1.      Aliran progresivisme
Aliran ini beranggapan bahwa proses pembelajaran umumnya perlu sekali ditekankan pada :
a.       Pembentukan kreativitas
b.      Pemberian sejumlah kegiatan
c.       Suasana yang alamiah (natural)
d.      Memperhatikan pengalaman siswa
2.      Aliran kontruktivisme
Aliran kontruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experience) sebagai kunci dalam pembelajaran. Dalam proses itu keaktivan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya amat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Alat dan sarana yang tersedia bagi siswa untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya.
3.      Aliran humanisme
Aliran ini melihat siswa dari segi:
a.       Keunikan/kekhasannya,
b.      Potensinya
c.       Motivasi yang dimilikinya.