Kamis, 29 Maret 2012

Banjir Jalan Raya Alteri Kendal - Semarang Menyisakan Trauma Banjir Bandang.


Langit terlihat cerah di siang hari, bahkan panas matahari terasa menyengat di kulit bagi wilayah Semarang dan Sekitarnya. Tapi itu tidak berlangsung lama hingga tiba waktu mentari tenggelam. Butiran air turun dengan tiba-tiba disaat langit masih terlihat cerah. Hingga malam tiba hujan belum kunjung reda bahkan semakin deras hingga banjir pun tidak terelakkan terjadi. Para pengendara sepeda motor harus rela berbasah kuyup, menerjang hujan yang disertai angin dengan kilat dan guntur yang menggelegar ditengah gelapnya malam.

Hujan yang baru mengguyur kota Semarang sejak Senin sore 26/3 menyebakan jalan pantura dari Kendal menuju Semarang tergenang air hingga hampir selutut orang dewasa. Kondisi ini semakin diperparah dengan kemacetan, dikarenakan kejadian waktu itu merupakan jam padat dimana warga sedang melakukan perjalanan pulang ke rumah mereka.

Anita [25] warga Kaliwungu-Kendal mengaku kemacetan sudah sangat panjang, padahal banjir baru terjadi sekitar satu jam.
"Kemacetan sudah sering terjadi dari kawasan Simpang lima, Tugu, Mangkang, sampai Kendal kota. Biasanya perjalanan dari Simpang lima sampai Kaliwungu 45-60 menit. Sekarang bisa sampai 2 jam dijalan," aku Anita.

Banjir merupakan hal yang wajar terjadi ketika musim penghujan tiba. Akan tetapi banjir disertai kemacetan hanya terjadi ketika volume air naik dari 30 cm keatas. para pengguna jalan tetap terganggu melewati jalan yang digenangi air. Apalagi dengan kondisi jalan yang banjir pada malam hari dengan jalan beraspal yang banyak berlubang. Tentu kondisi tersebut membahayakan pengemudi walaupun kecepatan berkendara pada kondisi tersebut rata-rata 20 km/jam.

Masyarakat yang sedang pulang bekerja pun sempat panik, pasalnya kondisi macet panjang pasti identik dengan adanya suatu musibah di jalan sebagaimana kecelakaan. Apalagi Trauma banjir bandang yang terjadi yang terjadi pada Selasa (9/11/2010), di Kelurahan Wonosari, Kecamatan Ngaliyan dan Mangkang, yang terjadi dengan jumlah korban tewas 4 orang (doc.SM), masih terekam kuat di memori para korban dan para pengguna jalan yang setiap hari melewati jalan yang sama. .
Sebagaimana yang dialami Suryo [27] yang ketika terjadinya banjir bandang ia hendak pulang menuju Kendal dari arah Ngalian. Ternyata motor yang dikendarainya mogok dijalan karena tidak kuat melewati banjir. Setelah dihidupkan maka Suryo terpaksa harus memutar balik lewat daerah Boja yang jarak tempuhnya semakin jauh.dari perjalanan yang ditempuh hanya 1 jam menjadi 4 jam. Sehingga ketika terjadinya banjir disertai macet Senin malam lalu ia lebih memilih untuk mengurungkan perjalananya ke Semarang ketika melihat Kemacetan panjang yang ternyata didepan mata banjir menghadang.

Banjir yang terjadi ini bukan semata-mata terjadi karena luapan air sungai ke jalan raya. Akan tetapi terbatasnya drainase sungai dan daerah resapan air yang semakin sempit menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir. Daya tampung sungai yang semain sempit dikarenakan sedimentasi tanah yag mengakibatkan pendangkalan sungai. Maka tak mengherankan ketika musim kemarau, beberapa sungai terlihat dikeruk menggunakan alat berat agar daya tampung sungai luas.

Akan tetapi ternyata yang dilakukan tersebut tidak mengurangi intensitas banjir yang yang datang setiap tahun di wilayah Mangkang Wetan, Mangunharjo Kecamatan Tugu dan sekitarnya. Berdirinya bangunan-bangunan di sepanjang jalan alteri terlihat gersang dengan banyaknya jalan yang diaspal, diberi paving tanpa memperhatikan penghijauan lingkungan. Maka resapan air pun berkurang. Air larian dari hujan yang menuju ke tempat yang lebih rendah mengakibatkan banjir yang menggenangi jalan raya. Sehingga menyusahkan para pengguna jalan.