Kamis, 13 Juni 2013

Pemikiran Riffat Hasan tentang Kedudukan Perempuan



Meskipun nyata bahwa perempuan – perempuan seperti Khadijah dan Aisyah ( istri – istri Nabi) dan Rabi’ah Al Basri ( sufi perempuan ) merupakan tokoh terkemuka pada awal isam, sampai saat ini pada tradisi islam secara kaku tetap bersifat patriarkhal. Ia menghalangi tumbuhnya kesarjanaan di kalangan perempuan, khususnya dalam pemikiran keagamaan. Hal ini berarti sumber  - sumber dasar islam yang utama yakni Alquran, Hadis dan fiqih hanya ditafsirkan oleh laki – laki muslim yang tidak bersedia melakukan tugas – tugas mendefinisikan status ontology, teologis, sosiologis dan eskatologis perempuan muslim. Tidak mengajutkan bahwa perempuan muslim menerima keadaan ini secara pasif. Mereka hamper tidak menyadari tingkat pelanggaran terhadap perikemanusiaan dalam masyarakat yang berpusat pada dominasi laki – laki dengan fasih dan tanpa lelah terus menerus menegaskan bahwa islam telah memberikan kepada perempuan hak yang lebih banyak ketimbang tradisi agama lain. Mungkin banyak sekali perempuan yang terjerumus dalam perbudakan fisik, mental, dan emosi serta tersingkir dari kesempatan untuk mengaktualisasikan potensi kemanusiaan mereka, bahkan melakukan analisa terhadap pengalaman – pengalaman personal mereka sebagai perempuan muslim.
Sekarang ini, sebagian besar karena tekanan undang – undang anti perempuan ya disebarluaskan di balik kedok “islamisasi” di beberapa bagian dunia islam, perempuan berbagai tingkat pendidikan dan kesadaran mulai menyadari bahwa agama telah digunakan lebih sebagai alat penindasan ketimbang sebagai sarana pembebasan. Untuk memahami desakan kuat untuk mengislamkan masyarakat muslim khususnya menyangkut norma – norma dan nilai – nilai yang berkaitan dengan perempuan, perlu diketahui bahwa dari semua tantangan yang menghadang dunia islam, yang paling besar boleh jadi adalah tantangan modernitas. Perempuan baik yang terdidik maupun tidak yang berpartisipasi dalam bursa kerja nasional dan memberi sumbangan dalam pengembangan nasional, berpikir dan berperilaku berbeda denga perempuan yang tidak memiliki pengertian tentang idenditas secara individual atau otonom sebagai agen – agen   aktif dalam proses pembuatan sejarah dan menganggap diri mereka semata – mata sebagai instrumen yang dirancang untuk melayani dan memperkuat sistem patriarkhal yang mereka yakinin terlembagakan secara illahiah.

         Metodologi dalam Memahami teks Alquran Hadis
Dalam buku Woman in the Qur’an yang ditulis oleh Riffat Hasan menyampaikan paparan tentang lembaran – lembaran Alquran yang berhubungan dengan perempuan dalam beragam konteks ( misalnya hubungan perempuan dengan Allah, perempuan dengan penciptaan manusia). Masyarakat memberlakukan atau menerima Undang – Undang yang meletakkan posisi perempuan dalam hal – hal yang mendasar lebih rendah dari laki – laki, karena umat islam pada umumnya mengaggap perempuan memang tidak setara dengan laki – laki. Siapapun yan menyatakan bahwa dibawah di dunia sekarang ini persamaan lakki – laki dan perempuan bisa diterima oleh banyak agama dan juga oleh masyarakat sekuler, dan ditemukan pula bukti – bukti yang menegaskan persamaan laki – laki perempuan dalam Alquran dan tradisi islam, mugkin akan dengan kekerasan, dengan sejumlah dalil yang digambarkan sebagi bukti – bukti tak terbantahkan yang diambil dari Alquran dan Hadis. Dalil – dalil yang digunakan untuk menentang para pendukung kesetaraan laki – laki perempuan, yang paling populer diantaranya menurut Alquran, lakki – laki adalah qawwamun (umumnya diterjemahkan sebagi penguasa atau pengatur) perempuan, laki – laki memperoleh warisan dua kali banyak daripada bagian perempuan. Menurut Nabi, perempuan tidak sempurna baik dalam shalat ( karena menstruasi), dalam kecerdasan (karena kesaksiannya dihitung kurang dari kesaksian laki - laki).

Isu penciptaan perempuan
                        Orang islam awam percaya, sama seriusnya dengan orang awam dikalangan Yahudi atau Kristen, bahwa Adam adalah ciptaan Tuhan yang utama dan Hawwa diciptakan dari tulang rusuk Adam. Jika dihadapkan dengan kenyataan bahwa keyakinan yang berakar kokoh ini berasal dari injil dan tidak hanya berasal dari luar Alquran tapi juga bertantangan dengan Alquran. Di dalam Alquran tidak ditemukan pemaparan tentang Hawa. Istilah Adam muncul 25 kali dalam Alquran, tapi hanya ada satu ayat ( surat 3: Ali Imran : 59) yang mengacu pada penciptaan Adam.
“sesungguhnya (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan Adam). Allah mnciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya ‘jadilah’, maka jadilah dia.”
Disini istilah adam bukan istilah arab tapi istilah ibrani dan deskripsi Adam sebagai mahluk dari tanah di dalam ayat yang dikutip diatas, tidak lebih daripada penegasan makna istilah tersebut. Ada tiga ayat lain ( Surat 3 : Ali Imran: 35, Surat 19: Maryam : 58, Surat 5: al Maidah: 30) dimana istilah Adam digunakan sebagai nama diri untuk seorang individuyang mungkin seorang nabi.
Sebagai ganti Adam dan Hawwa, Alquran berbicara tentang Adam dan Zauj dalam surat2: Al Baqarah: 35, Surat Al A’rif:19 dan Surat Ta-ha : 117. Orang – orang islam, hampir tanpa pengecualian, beranggapan bahwa “Adam” adalah manusia pertama yang diciptakan Allah dan dia adalah laki – laki. Jika Adam adalah seorang laki – laki berarti zauj adam adalah perempuan.karena itu zauj yang dinyatakan dalam Alquran menjadi sama dengan Hawwa. Namun, baik asumsi pertama maupun kesimpulan yang ditarik darinya tidak didukung oleh teks Alquran secara jelas dan tegas. 
Deskripsi Alquran mengenai penciptaan manusia, ditekankan bahwa Alquran secara adil menggunakan term – term baik yang bersifat feminim maupun maskulin. Untuk menggambarkan penciptaan manusia dari sumber yang satu. Jadi ciptaan  Allah yang asli tidak membedakan manusia, bukan perempuan dan bukan laki – laki.
Laki – laki dan perempuan diciptakan secara serempak dan sama dalam subtansinya, sama pula caranya. Kenyataan bahwa hampir semua kaum muslimin percaya bahwa perempuan pertama (Hawwa ) diciptakan dari tulang rusuk Adam, secara praktis menunujukkan bahwa kepustakaan hadis telah menggantikan tempat ajaran Alquran paling kurang sejauh menyangkut isu penciptaan perempuan. Sementara semua masyarakat menyepakati bahwa apabila sebuah hadis yang dinisbatkan kepada nabi bertentangan dengan harus ditolak.
Hadis yang disandarkan pada Ibnu Abbas dan Ibnu Masud:
Ketika Tuhan mengusir iblis dari surga dan menetapkan Adamm didalamnya, dia tinggal disana sendirian dan tidak memiliki siapapun untuk teman bergaul. Tuhan membuatnya tertidur dan kemudian mengambil satu tulang rusuknya yang sebelah kiri dan membungkuskan daging padanya dan menciptakan Hawwa dari tulang rusuk itu. Keyika Adam terbangun dia mendapati seorang peremouan duduk dekat kepalanya. Dia bertanya, “siapakah kamu??”. Dia menjawab, “ perempuan”. Adam bertanya lagi, “mengapa kamu diciptakan?”, “agar kamu bisa menemukan ketentraman padaku”, jawabnya lagi. Para malaikat bertanya,  “siapakah namanya? ” lalu Adam menjawab, “Hawa”. Para malaikat itu bertanya lagi, “mengapa dia dipanggil Hawwa ??”. “karena dia diciptakan dari sesuatu yang hidup”.
Kepopuleran hadis tersebut dikalangan umat islam, secara umum menunjukkan hadis tersebut tertanam dalam kebudayaan islam yaitu keyakinan bahwa perempuan adalah mahluk yang tidak akan dianggap setara dengan laki – laki.suatu keharusan bagi putri – putri Hawwa yang muslim untuk menyadari sejarah penundukan dan penghinaan mereka ditangan putra – putra Adam bermula dari penciptaan Hawwa .


Tidak ada komentar:

Posting Komentar