Add caption |
Sobat, siapa yang gak kenal Media Indonesia??? bukan media-media yang ada di Indonesia lho!Kalo gitu Metro TV, pasti pada kenal
semua nich! Media Indonesia (MI) dengan Metro TV memang dua media yang berbeda. Satu
media cetak (koran) dan yang satunya lagi media elektronik. Namun, kedua media tersebut
tinggal satu atap lho! Kok gitu??? Ya...iya... . gimana sich sejarahnya? Kita lihat
aja nich yang dibawah ini!!!!!!!!!
Sejarah
Media Indonesia
Media Indonesia (MI) pertama kali
diterbitkan pada tanggal 19 January 1970. Sebagai surat kabar umum
pada masa itu, Media Indonesia baru bisa terbit 4 halaman dengan tiras yang
amat terbatas. Berkantor di Jl. MT. Haryono, Jakarta, disitulah sejarah panjang
Media Indonesia berawal.Lembaga yang menerbitkan Media Indonesia
adalah Yayasan Warta Indonesia.
Tahun 1976, surat kabar ini kemudian berkembang menjadi 8 halaman. Sementara itu perkembangan regulasi di bidang pers dan penerbitan terjadi.Salah satunya adalah perubahan SIT (Surat Izin Terbit) menjadi SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers).Karena perubahan ini penerbitan dihadapkan pada realitas bahwa pers tidak semata menanggung beban idealnya tapi juga harus tumbuh sebagai badan usaha.
Tahun 1976, surat kabar ini kemudian berkembang menjadi 8 halaman. Sementara itu perkembangan regulasi di bidang pers dan penerbitan terjadi.Salah satunya adalah perubahan SIT (Surat Izin Terbit) menjadi SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers).Karena perubahan ini penerbitan dihadapkan pada realitas bahwa pers tidak semata menanggung beban idealnya tapi juga harus tumbuh sebagai badan usaha.
Dengan kesadaran untuk terus maju, pada
tahun 1988 Teuku Yousli Syah selaku pendiri Media
Indonesia bergandeng tangan dengan Surya Paloh, mantan
pimpinan surat kabar Prioritas. Dengan kerjasama ini, dua
kekuatan bersatu :kekuatan pengalaman bergandeng dengan kekuatan
modal dan semangat. Maka pada tahun tersebut lahirlah Media Indonesia
dengan manajemen baru dibawah PT. Citra Media Nusa Purnama.Surya
Paloh sebagai Direktur Utama sedangkan Teuku Yousli
Syah sebagai Pemimpin Umum, dan Pemimpin Perusahaan
dipegang oleh Lestary Luhur.Sementara itu, markas usaha dan
redaksi dipindahkan ke Jl. Gondandia Lama No. 46 Jakarta.
Awal tahun 1995, bertepatan dengan usianya ke 25 Media Indonesia menempati kantor barunya di Komplek Delta Kedoya, Jl. Pilar Mas Raya Kav.A-D, Kedoya Selatan, Jakarta Barat. Di gedung baru ini semua kegiatan di bawah satu atap, Redaksi, Usaha, Percetakan, Pusat Dokumentasi, Perpustakaan, Iklan, Sirkulasi dan Distribusi serta fasilitas penunjang karyawan. bSejarah panjang serta motto "Pembawa Suara Rakyat" yang dimiliki oleh Media Indonesia bukan menjadi motto kosong dan sia-sia, tetapi menjadi spirit pegangan sampai kapan pun.
Awal tahun 1995, bertepatan dengan usianya ke 25 Media Indonesia menempati kantor barunya di Komplek Delta Kedoya, Jl. Pilar Mas Raya Kav.A-D, Kedoya Selatan, Jakarta Barat. Di gedung baru ini semua kegiatan di bawah satu atap, Redaksi, Usaha, Percetakan, Pusat Dokumentasi, Perpustakaan, Iklan, Sirkulasi dan Distribusi serta fasilitas penunjang karyawan. bSejarah panjang serta motto "Pembawa Suara Rakyat" yang dimiliki oleh Media Indonesia bukan menjadi motto kosong dan sia-sia, tetapi menjadi spirit pegangan sampai kapan pun.
Sejak Media Indonesia ditangani oleh tim
manajemen baru di bawah payung PT Citra Media Nusa Purnama, banyak pertanyaan
tentang apa yang menjadi visi harian ini dalam industri pers nasional. Terjun
pertama kali dalam industri pers tahun 1986 dengan menerbitkan harian
Prioritas. Namun Prioritas memang kurang bernasib baik, karena belum cukup lama
menjadi koran alternatif bangsa, SIUPP-nya dibatalkan Departemen Penerangan.
Antara Prioritas dengan Media Indonesia memang ada "benang merah",
yaitu dalam karakter kebangsaannya.
Surya Paloh sebagai penerbit Harian Umum Media Indonesia, tetap gigih berjuang mempertahankan kebebasan pers. Wujud kegigihan ini ditunjukkan dengan mengajukan kasus penutupan Harian Prioritas ke pengadilan, bahkan menuntut Menteri Penerangan untuk mencabut Peraturan Menteri No.01/84 yang dirasakan membelenggu kebebasan pers di tanah air.
Surya Paloh sebagai penerbit Harian Umum Media Indonesia, tetap gigih berjuang mempertahankan kebebasan pers. Wujud kegigihan ini ditunjukkan dengan mengajukan kasus penutupan Harian Prioritas ke pengadilan, bahkan menuntut Menteri Penerangan untuk mencabut Peraturan Menteri No.01/84 yang dirasakan membelenggu kebebasan pers di tanah air.
Tahun 1997, Djafar H. Assegaff yang baru
menyelesaikan tugasnya sebagai Duta Besar di Vietnam dan sebagai wartawan yang
pernah memimpin beberapa harian dan majalah, serta menjabat sebagai Wakil
Pemimpin Umum LKBN Antara, oleh Surya Paloh dipercayai untuk memimpin harian
Media Indonesia sebagai Pemimpin Redaksi. Saat ini Djafar H. Assegaff dipercaya
sebagai Corporate Advisor.Para pimpinan Media Indonesia saat ini
adalah : Direktur Utama dijabat oleh Lestari Moerdijat,
Direktur Pemberitaan dijabat oleh Usman Kansong dan di bidang
usaha dipimpin oleh Alexander Stefanus selaku Direktur
Pengembangan Bisnis.[1]
Manajemen
Penerbitan Pers
a. Struktur
Organisasi
Pendiri:
|
Drs. H.
Teuku Yousli Syah MSi (Alm)
|
Direktur Utama:
|
Lestari
Moerdijat
|
Direktur Pemberitaan:
|
Usman
Kansong
|
Direktur Pengembangan Bisnis:
|
Alexander
Stefanus
|
Dewan Redaksi Media Group:
|
Saur
Hutabarat (Ketua)
Andy F. Noya Bambang Eka Wijaya Djadjat Sudradjat Djafar H. Assegaff Elman Saragih Laurens Tato Lestari Moerdijat Rahni Lowhur Schad Suryo Pratomo Toeti Adhitama Usman Kansong |
Redaktur Senior:
|
Elman
Saragih
Laurens Tato |
Kepala Divisi Pemberitaan:
|
Kleden
Suban
|
Kepala Divisi Content Enrichment:
|
Gaudensius
Suhandi
|
Deputi Kepala Divisi Pemberitaan:
|
Abdul
Khohar
|
Sekretaris Redaksi:
|
Teguh
Nirwahyudi
|
Asisten Kepala Divisi Pemberitaan:
|
Ade Alawi
Fitriana Siregar Haryo Prasetyo Ono Sarwono Rosmery C. Sihombing |
Asisten Kepala Divisi Foto:
|
Hariyanto
|
Redaktur:
|
Agus
Mulyawan
Anton Kustedja Cri Qanon Ria Dewi Eko Rahmawanto Eko Suprihatno Hapsoro Poetro Henri Salomo Siagian Ida Farida Jaka Budisantosa Mathias S. Brahmana Mochamad Anwar Surahman Sadyo Kristiarto Santhy M.Sibarani Soelistijono |
MICOM
|
|
Asisten
Kepala Divisi :
|
Tjahyo
Utomo
Victor J.P. Nababan |
Redaktur:
|
Agus
Triwibowo
Asnawi Khaddaf Patna Budi Utami Widhoroso Yulius Martinus |
Redaktur
Foto:
|
M. Soleh
|
Koordinator
Operator:
|
Abdul
Salam
Wijokongko |
Operator:
|
Bagus
Rachmanto
Budi Haryanto Charles Silaban Fazri Al Fauza Muhammad Syaifullah Panji Ari Murti Ricky Julian R.M. Zen Vicky Gustiawan |
Web
Programmer:
|
Abraham
|
Kepala
Divisi Marketing Communication:
|
Fitriana
Saiful Bachri
|
Kepala
Divisi Marketing Support & Publishing:
|
Andreas
Sujiyono
|
Asisten
Kepala Divisi Iklan:
|
Gustaf Bernhard
R
|
Analisis
SWOT
A. Faktor Internal
a. Strength
(kekuatan)
·
Didukung oleh wartawan dan redaktur
yang profesional (SDM) dibidang nya masing – masing.
·
Penggunaan Teknologi Informasi (IT)
yang modern, dibuktikan dengan penggunaan teknologi pencetakan di bagian
produksi dan adanya Website http//mediaindonesia.com (mediaindonesia online)
yang berisikan berita – berita up to dite setiap waktunya, yang dikelola oleh
tenaga – tenaga IT profesional.
·
Fasilitas produksi, penjualan,
penyetingan, kantor dan lain – lain yang terdapat didalam satu kawasan (satu
atap) untuk memudah kan koordinator dan penghematan waktu.
·
Mencetak halaman berwarna dihalaman
– halaman tertentu.
·
Independent, sebagai pembawa suara
rakyat yang tidak terpengaruh terhadap kekuatan politik / partai yang sedang
berkuasa.
·
Didukung dengan finansial yang kuat.
b.
Weakness (Kelemahan)
·
Produk layanan yang hampir sama
dengan pesaing Gramedia Group (koran kompas) yang lebih dulu menguasai pasar.
·
Kolom iklan yang masih terbatas
akibat oplah penjualan masih di bawah pesaing.
·
Berita yang disajikan hampir sama
dengan pesaing.
B.
Faktor Eksternal
1. Opportunities (peluang)
·
Budaya masyarakat yang masih mencari
berita/informasi dan lowongan kerja dari surat kabar.
·
Harga/biaya yang dikeluarkan cukup
murah dibandingkan dengan media lain.
·
Kemudahan mendapatkan surat kabar.
·
Kebutuhan masyarakat untuk
mendapatkan berita/informasi semakin hari semakin meningkat dengan kecepatan
perkembangan informasi tersebut.
·
Kondisi politik yang relatif stabil
dan lebih demokrasi dalam memberikan kebebasan pers dalam meliput berita /
memberikan informasi kepada masyarakat.
2. Threats (ancaman)
·
Terbitnya surat kabar – surat kabar
baru dengan berita yang lebih vulgar.
·
Perang harga yang dilakukakan oleh
kompetitor baru dengan menurunkan harga penjualan surat kabar tersebut.
·
Keunggulan akses kompetitor.
·
Inovasi – inovasi kompetitor dengan
melakukan perubahan dalam segi pemberitaan, penyetingan gambar dan penggarapan
kolom lowongan kerja.
3. Strengs to Opportunities (S-O)
·
Memanfaatkan teknologi percetakan
untuk menghasilkan karya yang berkualitas dengan tidak mengurangi kualitas
berita yang disajikan oleh wartawan – wartawan yang profesional.
·
Memanfaatkan teknologi informasi
(IT) untuk memberikan kemudahan pengaksessan masyarakat di dalam maupun di luar
negeri dengan membuka website http//mediaindonesia.com.
·
Kebutuhan masyarakat untuk
mendapatkan berita dan informasi lowongan pekerjaan, dengan menyediakan iklan
lowongan kerja sebanyak mungkin dan menurunkan harga iklan baris semin mungkin.
·
Keamanan kondisi politik yang lebih
stabil untuk memberitakan kondisi rakyat kepada pemerintah.
4. Strengs to Threats ( S – T )
·
Mencetak halaman berwarna untuk
menarik konsumen dan penggarapan foto yang lebih serius.
·
Memberikan discount kepada pengecer
koran.
·
Isi berita yang lebih kepada rakyat
sebagai pembawa suara rakyat.
·
Penggunaan teknologi IT untuk
mempermudah pengaksesan berita oleh masyarakat.
5. Weakness to Opportunities ( W - O )
·
Walaupun produk layanan hampir sama
dengan pesaing (kompetitor), namun masyarakat bisa menilai kualitas dari suatu
berita dengan penyajian yang berorientasi kepada rakyat.
·
Walaupun kolom iklan yang masih
dibawah pesaing sebagai penjualan oplah namun dari segi harga lebih kompetitif
dari kompetitor.
6. Weakness to threats ( W – T )
·
Terbitnya surat kabar baru dengan
berita yang lebih vulgar menjadi penilaian sendiri oleh masyarakat.
·
Perang harga yang dilakukan
kompetitor dengan menurunkan harga berakibat dengan kualitas produk yang
dijual.
·
Banyak kolom iklan di suatu surat
kabar tidak maksimal nya berita yang di sajikan surat kabar tersebut.[1]
Analisis
Koran Media Indonesia
Pada
poin ini penulis akan menguraikan isi dari koran Media Indonesia,karena lembaga
atau institusi yang bersangkutan merupakan lembaga yang memproduksi atau
mencetak salah satu koran harian yang ada di Jakarta. Penulis mengambil sampel
Koran Media Indonesia edisi Senin 4 Juni 2012.
Dilihat
dari tampilannya, desain lay-outnya cukup menarik dan memudahkan para pembaca
untuk mengalisa materi berita yang disajikan. Muatan rubriknya banyak dan
spesifik, hal tersebut dapat memberikan pilihan bagi para pembaca. Pada cover
depan masih ada kerancuan, tampak gambar Surya Paloh, Jusuf Kalla dan Fauzi
Bowo menghadiri apel besar Hari Lahir Pancasila yang terlalu diprioritaskan,
padahal menurut kacamata penulis gambar tersebut bukanlah headline yang
seharusnya tidak mendapatkan tempat teratas.
Jika
pada edisi ini mengangkat headline “Energi Terbarukan Terbengkalai”, layaknya
topik tersebut mendapat setting tempat pertama. Dari hal itu penulis dapat
menarik kesimpulan, bahwa agenda setting setiap media tidaklah lepas dari
pemilik ataupun masih terkontaminasi dengan kepentingan individu maupun
kelompok.
Bertahan
atau tidaknya media di tengah masyarakat, perlu adanya kerja keras dan
menanggalkan subyektivitas sebagai ideologi media. Karena kita tahu media
mempunyai fungsi antara lain, memberi informasi, mendidik, menghibur yang
mempunyai tanggung jawab sosial. Namun realita yang kita temukan, media telah
menjadi alat politik. Di sini masyarakat harus kritis dan melek dengan media
yang digunakan. Begitu banyak media, dan masyarakat haruslah cermat memilih
agar informasi yang didapat dapat menambah pengetahuan dan manfaat untuk
kehidupan.
[1]http://tohaghafara.wordpress.com/2011/08/16/proses-bisnis-perusahaan-media-indonesia-analisis-swot-core-competence-competitive-advantage/
[1]http://www.mediaindonesia.com/read/2009/02/23/38398/11/11/Sejarah_Singkat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar