Sabtu, 16 Juni 2012

Tentang Surat Kabar Media Indonesia




Add caption
           Sobat, siapa yang gak kenal Media Indonesia??? bukan media-media yang ada di Indonesia lho!Kalo gitu Metro TV, pasti pada kenal semua nich! Media Indonesia (MI) dengan Metro TV memang dua media yang berbeda. Satu media cetak (koran) dan yang satunya lagi media elektronik. Namun, kedua media tersebut tinggal satu atap lho! Kok gitu??? Ya...iya... . gimana sich sejarahnya? Kita lihat aja nich yang dibawah ini!!!!!!!!!


  Sejarah Media Indonesia
Media Indonesia (MI) pertama kali diterbitkan pada tanggal 19 January 1970. Sebagai surat kabar umum pada masa itu, Media Indonesia baru bisa terbit 4 halaman dengan tiras yang amat terbatas. Berkantor di Jl. MT. Haryono, Jakarta, disitulah sejarah panjang Media Indonesia berawal.Lembaga yang menerbitkan Media Indonesia adalah Yayasan Warta Indonesia.

Tahun 1976, surat kabar ini kemudian berkembang menjadi 8 halaman. Sementara itu perkembangan regulasi di bidang pers dan penerbitan terjadi.Salah satunya adalah perubahan SIT (Surat Izin Terbit) menjadi SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers).Karena perubahan ini penerbitan dihadapkan pada realitas bahwa pers tidak semata menanggung beban idealnya tapi juga harus tumbuh sebagai badan usaha.
Dengan kesadaran untuk terus maju, pada tahun 1988 Teuku Yousli Syah selaku pendiri Media Indonesia bergandeng tangan dengan Surya Paloh, mantan pimpinan surat kabar Prioritas. Dengan kerjasama ini, dua kekuatan bersatu :kekuatan pengalaman bergandeng dengan kekuatan modal dan semangat. Maka pada tahun tersebut lahirlah Media Indonesia dengan manajemen baru dibawah PT. Citra Media Nusa Purnama.Surya Paloh sebagai Direktur Utama sedangkan Teuku Yousli Syah sebagai Pemimpin Umum, dan Pemimpin Perusahaan dipegang oleh Lestary Luhur.Sementara itu, markas usaha dan redaksi dipindahkan ke Jl. Gondandia Lama No. 46 Jakarta.

            Awal tahun 1995, bertepatan dengan usianya ke 25 Media Indonesia menempati kantor barunya di Komplek Delta Kedoya, Jl. Pilar Mas Raya Kav.A-D, Kedoya Selatan, Jakarta Barat. Di gedung baru ini semua kegiatan di bawah satu atap, Redaksi, Usaha, Percetakan, Pusat Dokumentasi, Perpustakaan, Iklan, Sirkulasi dan Distribusi serta fasilitas penunjang karyawan. bSejarah panjang serta motto "Pembawa Suara Rakyat" yang dimiliki oleh Media Indonesia bukan menjadi motto kosong dan sia-sia, tetapi menjadi spirit pegangan sampai kapan pun.
Sejak Media Indonesia ditangani oleh tim manajemen baru di bawah payung PT Citra Media Nusa Purnama, banyak pertanyaan tentang apa yang menjadi visi harian ini dalam industri pers nasional. Terjun pertama kali dalam industri pers tahun 1986 dengan menerbitkan harian Prioritas. Namun Prioritas memang kurang bernasib baik, karena belum cukup lama menjadi koran alternatif bangsa, SIUPP-nya dibatalkan Departemen Penerangan. Antara Prioritas dengan Media Indonesia memang ada "benang merah", yaitu dalam karakter kebangsaannya.

            Surya Paloh sebagai penerbit Harian Umum Media Indonesia, tetap gigih berjuang mempertahankan kebebasan pers. Wujud kegigihan ini ditunjukkan dengan mengajukan kasus penutupan Harian Prioritas ke pengadilan, bahkan menuntut Menteri Penerangan untuk mencabut Peraturan Menteri No.01/84 yang dirasakan membelenggu kebebasan pers di tanah air.
Tahun 1997, Djafar H. Assegaff yang baru menyelesaikan tugasnya sebagai Duta Besar di Vietnam dan sebagai wartawan yang pernah memimpin beberapa harian dan majalah, serta menjabat sebagai Wakil Pemimpin Umum LKBN Antara, oleh Surya Paloh dipercayai untuk memimpin harian Media Indonesia sebagai Pemimpin Redaksi. Saat ini Djafar H. Assegaff dipercaya sebagai Corporate Advisor.Para pimpinan Media Indonesia saat ini adalah : Direktur Utama dijabat oleh Lestari Moerdijat, Direktur Pemberitaan dijabat oleh Usman Kansong dan di bidang usaha dipimpin oleh Alexander Stefanus selaku Direktur Pengembangan Bisnis.[1] 


  Manajemen Penerbitan Pers
a.    Struktur Organisasi
Pendiri:
Drs. H. Teuku Yousli Syah MSi (Alm)
Direktur Utama:
Lestari Moerdijat
Direktur Pemberitaan:
Usman Kansong
Direktur Pengembangan Bisnis:
Alexander Stefanus
Dewan Redaksi Media Group:
Saur Hutabarat (Ketua)
Andy F. Noya
Bambang Eka Wijaya
Djadjat Sudradjat
Djafar H. Assegaff
Elman Saragih
Laurens Tato
Lestari Moerdijat
Rahni Lowhur Schad
Suryo Pratomo
Toeti Adhitama
Usman Kansong
Redaktur Senior:
Elman Saragih
Laurens Tato
Kepala Divisi Pemberitaan:
Kleden Suban
Kepala Divisi Content Enrichment:
Gaudensius Suhandi
Deputi Kepala Divisi Pemberitaan:
Abdul Khohar
Sekretaris Redaksi:
Teguh Nirwahyudi
Asisten Kepala Divisi Pemberitaan:
Ade Alawi
Fitriana Siregar
Haryo Prasetyo
Ono Sarwono
Rosmery C. Sihombing
Asisten Kepala Divisi Foto:
Hariyanto
Redaktur:
Agus Mulyawan
Anton Kustedja
Cri Qanon Ria Dewi
Eko Rahmawanto
Eko Suprihatno
Hapsoro Poetro
Henri Salomo Siagian
Ida Farida
Jaka Budisantosa
Mathias S. Brahmana
Mochamad Anwar Surahman
Sadyo Kristiarto
Santhy M.Sibarani
Soelistijono

































MICOM

Asisten Kepala Divisi :
Tjahyo Utomo
Victor J.P. Nababan
Redaktur:
Agus Triwibowo
Asnawi Khaddaf
Patna Budi Utami
Widhoroso
Yulius Martinus
Redaktur Foto:
M. Soleh
Koordinator Operator:
Abdul Salam
Wijokongko
Operator:
Bagus Rachmanto
Budi Haryanto
Charles Silaban
Fazri Al Fauza
Muhammad Syaifullah
Panji Ari Murti
Ricky Julian
R.M. Zen
Vicky Gustiawan
Web Programmer:
Abraham

Kepala Divisi Marketing Communication:
Fitriana Saiful Bachri
Kepala Divisi Marketing Support & Publishing:
Andreas Sujiyono
Asisten Kepala Divisi Iklan:
Gustaf Bernhard R







Analisis SWOT
A.    Faktor Internal
a.       Strength (kekuatan)
·      Didukung oleh wartawan dan redaktur yang profesional (SDM) dibidang nya masing – masing.
·      Penggunaan Teknologi Informasi (IT) yang modern, dibuktikan dengan penggunaan teknologi pencetakan di bagian produksi dan adanya Website http//mediaindonesia.com (mediaindonesia online) yang berisikan berita – berita up to dite setiap waktunya, yang dikelola oleh tenaga – tenaga IT profesional.
·      Fasilitas produksi, penjualan, penyetingan, kantor dan lain – lain yang terdapat didalam satu kawasan (satu atap) untuk memudah kan koordinator dan penghematan waktu.
·      Mencetak halaman berwarna dihalaman – halaman tertentu.
·      Independent, sebagai pembawa suara rakyat yang tidak terpengaruh terhadap kekuatan politik / partai yang sedang berkuasa.
·      Didukung dengan finansial yang kuat.
b.      Weakness (Kelemahan)
·      Produk layanan yang hampir sama dengan pesaing Gramedia Group (koran kompas) yang lebih dulu menguasai pasar.
·      Kolom iklan yang masih terbatas akibat oplah penjualan masih di bawah pesaing.
·      Berita yang disajikan hampir sama dengan pesaing.

B.     Faktor Eksternal
1.      Opportunities (peluang)
·      Budaya masyarakat yang masih mencari berita/informasi dan lowongan kerja dari surat kabar.
·      Harga/biaya yang dikeluarkan cukup murah dibandingkan dengan media lain.
·      Kemudahan mendapatkan surat kabar.
·      Kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan berita/informasi semakin hari semakin meningkat dengan kecepatan perkembangan informasi tersebut.
·      Kondisi politik yang relatif stabil dan lebih demokrasi dalam memberikan kebebasan pers dalam meliput berita / memberikan informasi kepada masyarakat.
2.      Threats (ancaman)
·      Terbitnya surat kabar – surat kabar baru dengan berita yang lebih vulgar.
·      Perang harga yang dilakukakan oleh kompetitor baru dengan menurunkan harga penjualan surat kabar tersebut.
·      Keunggulan akses kompetitor.
·      Inovasi – inovasi kompetitor dengan melakukan perubahan dalam segi pemberitaan, penyetingan gambar dan penggarapan kolom lowongan kerja.
3.      Strengs to Opportunities (S-O)
·      Memanfaatkan teknologi percetakan untuk menghasilkan karya yang berkualitas dengan tidak mengurangi kualitas berita yang disajikan oleh wartawan – wartawan yang profesional.
·      Memanfaatkan teknologi informasi (IT) untuk memberikan kemudahan pengaksessan masyarakat di dalam maupun di luar negeri dengan membuka website http//mediaindonesia.com.
·      Kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan berita dan informasi lowongan pekerjaan, dengan menyediakan iklan lowongan kerja sebanyak mungkin dan menurunkan harga iklan baris semin mungkin.
·      Keamanan kondisi politik yang lebih stabil untuk memberitakan kondisi rakyat kepada pemerintah.
4.      Strengs to Threats     ( S – T )
·      Mencetak halaman berwarna untuk menarik konsumen dan penggarapan foto yang lebih serius.
·      Memberikan discount kepada pengecer koran.
·      Isi berita yang lebih kepada rakyat sebagai pembawa suara rakyat.
·      Penggunaan teknologi IT untuk mempermudah pengaksesan berita oleh masyarakat.
5.      Weakness to Opportunities      ( W -  O )
·      Walaupun produk layanan hampir sama dengan pesaing (kompetitor), namun masyarakat bisa menilai kualitas dari suatu berita dengan penyajian yang berorientasi kepada rakyat.
·      Walaupun kolom iklan yang masih dibawah pesaing sebagai penjualan oplah namun dari segi harga lebih kompetitif dari kompetitor.
6.      Weakness to threats   ( W – T )
·      Terbitnya surat kabar baru dengan berita yang lebih vulgar menjadi penilaian sendiri oleh masyarakat.
·      Perang harga yang dilakukan kompetitor dengan menurunkan harga berakibat dengan kualitas produk yang dijual.
·      Banyak kolom iklan di suatu surat kabar tidak maksimal nya berita yang di sajikan surat kabar tersebut.[1]

Analisis Koran Media Indonesia
     Pada poin ini penulis akan menguraikan isi dari koran Media Indonesia,karena lembaga atau institusi yang bersangkutan merupakan lembaga yang memproduksi atau mencetak salah satu koran harian yang ada di Jakarta. Penulis mengambil sampel Koran Media Indonesia edisi Senin 4 Juni 2012.
     Dilihat dari tampilannya, desain lay-outnya cukup menarik dan memudahkan para pembaca untuk mengalisa materi berita yang disajikan. Muatan rubriknya banyak dan spesifik, hal tersebut dapat memberikan pilihan bagi para pembaca. Pada cover depan masih ada kerancuan, tampak gambar Surya Paloh, Jusuf Kalla dan Fauzi Bowo menghadiri apel besar Hari Lahir Pancasila yang terlalu diprioritaskan, padahal menurut kacamata penulis gambar tersebut bukanlah headline yang seharusnya tidak mendapatkan tempat teratas.
     Jika pada edisi ini mengangkat headline “Energi Terbarukan Terbengkalai”, layaknya topik tersebut mendapat setting tempat pertama. Dari hal itu penulis dapat menarik kesimpulan, bahwa agenda setting setiap media tidaklah lepas dari pemilik ataupun masih terkontaminasi dengan kepentingan individu maupun kelompok.
     Bertahan atau tidaknya media di tengah masyarakat, perlu adanya kerja keras dan menanggalkan subyektivitas sebagai ideologi media. Karena kita tahu media mempunyai fungsi antara lain, memberi informasi, mendidik, menghibur yang mempunyai tanggung jawab sosial. Namun realita yang kita temukan, media telah menjadi alat politik. Di sini masyarakat harus kritis dan melek dengan media yang digunakan. Begitu banyak media, dan masyarakat haruslah cermat memilih agar informasi yang didapat dapat menambah pengetahuan dan manfaat untuk kehidupan.


[1]http://tohaghafara.wordpress.com/2011/08/16/proses-bisnis-perusahaan-media-indonesia-analisis-swot-core-competence-competitive-advantage/

[1]http://www.mediaindonesia.com/read/2009/02/23/38398/11/11/Sejarah_Singkat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar