Dalam berdakwah
pengetahuan adalah penting, metode dakwah juga sangat penting. Akan tetapi
sesungguhnya yang paling penting dan menjadi pokok persoalan segala sesuatu
adalah MOTIVASI. Sering kita melihat seorang yang miskin dalam ilmu
pengetahuan, tidak hanya pengetahuan keagamaan tetapi juga ilmu dunia, bahkan
hampir-hampir buta huruf. Tetapi mereka memiliki satu keunggulan diatas yang
lainnya, diatas rekan-rekannya, yakni memiliki semangat motivasi yang lebih
tinggi. Hasilnya adalah bahwa mereka selalu jauh lebih berhasil di dalam
dakwahnya dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang kurang memiliki motivasi.
Di dalam proses kegiatan dakwah, faktor
motivasi menjadi penentu bagi keberhasilannya. Adapun tujuan motivasi bagi
seorang da’i adalah menggerakkan atau memacu objek dakwah (mad’u) agar timbul
kesadaran membawa perubahan tingkah laku sehingga tujuan dakwah dapat tercapai.
Dan seorang da’i dituntut untuk mengarahkan tingkah laku mad’u sesuai dengan
tujuan dakwah kemudian menopang tingkah laku mad’u dengan menciptakan
lingkungan yang dapat menguatkan dorongan-dorongan tersebut. Selanjutnya suatu
organisme yang dimotivasi akan melakukan aktifitasnya secara lebih giat dan
lebih efisien dibandingkan dengan organisme yang beraktifitas tanpa motivasi.
Selain menguatkan organisme, motivasi cenderung mengarahkan kepada suatu
tingkah laku tertentu.
Namun, tidak semua motivasi yang telah direncanakan tersebut berjalan mulus
tanpa sandungan sedikitpun. Permasalahan seringkali muncul yang berkaitan
dengan pemberian motivasi dalam dakwah, yaitu ketika da’i dalam mengarahkan
tingkah laku mad’u tidak sesuai dengan tujuan dakwah tersebut, seperti pribadi
da’i yang mungkin kurang dapat diterima, seperti watak yang keras, kaku,
angkuh, sombong, materialistis, sifat yang tidak terpuji dan tingkah laku yang
tidak mencerminkan seorang da’i, juga dari materi yang disampaikan kurang tepat
sasaran, tidak sesuai dengan kebutuhan dan tidak sesuai dengan kadar kemampuan,
juga dari teknis penyampaian dakwah tidak sesuai dengan keadaan yang menerima,
dan dari alat yang dipergunakan tidak banyak menunjang keberhasilan dakwah,
serta dari tujuan tidak jelas dan mungkin belum dihayati sehingga proses dakwah
berjalan tanpa arah.
Pengaruh Motivasi Dalam
Proses Dakwah
يسروا
ولاتعسروا بشروا ولا تنفروا. (الحديث)
“Permudahlah dan jangan kau persulit; gembirakanlah dan jangan
kau mengatakan sesuatu yang menyebabkan ia lari dari padamu.” (hadits)
Hadits tersebut merupakan salah satu pesan Nabi kepada
kedua utusanya : Abu Musa Al Asy’ary dan Mu’azd ibn Jabal ketika hendak
berangkat ke Yaman meunaikan misi da’wah yang ditugaskan kepadanya. Pesan
tersebut mengandung nilai motivatif (kekuatan pendorong) dan persuasif
(dorongan meyakinkan) terhadap orang lain tentang kebenaran yang disampaikan
kepadanya. Atas dasar pesan demikian maka pihak-pihak yang menerima ajakan
(da’wah) akan terbangkitlah dalam dirinya suatu daya rangsang terhadap
kebenaran da’wah itu denga sukarela. Situasi dan kondisi demikian baru dapat
berkembang bilamana motivasi terhadap tingkah laku dalam proses da’wah tersebut
benar-benar mengenai sasarannya. Disinilah faktor motivasi menjadi penentu bagi
berhasilnya proses pelaksanaan da’wah.
Dalam teori motivasi terdapat yang disebut dengan “virus
mental” atau “n Ach”. Itu tak lain adalah motive psikologis dalam diri manusia
yang mampu mendorong untuk berusaha dengan giat memperoleh sukses yang lebih
besar, dan motive demikian inilah yang sangat diperlukan dalam proses
modernisasi masyarakat yang sedang membangun.
Bila hal tersebut
dimanfaatkan dalam proses da’wah/ penerangan Agama maka jelaslah bahwa yang
harus diperbuat oleh juru da’wah/ penerang Agama adalah menjiwai motive
tersebut dengan ajaran agama sehingga bagi dirinya menjadi sesuatu religious
reference (pola dasar hidup keagamaan) yang dinamis, bukan statis.
Dalam usaha penjiwaan tersebut instink religious (naluri
agama) yang ada dalam setiap diri manusia perlu dibangkitkan melalui berbagai
metode, dengan mengingat corak lingkungan hidup dan sosio-kulturilnya, tingkat
pendidikan, tingkat usia, peradaban, serta sosio-ekonomisnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar