Jumat, 15 Juni 2012

MOTIVASI DALAM DAKWAH


Dalam berdakwah pengetahuan adalah penting, metode dakwah juga sangat penting. Akan tetapi sesungguhnya yang paling penting dan menjadi pokok persoalan segala sesuatu adalah MOTIVASI. Sering kita melihat seorang yang miskin dalam ilmu pengetahuan, tidak hanya pengetahuan keagamaan tetapi juga ilmu dunia, bahkan hampir-hampir buta huruf. Tetapi mereka memiliki satu keunggulan diatas yang lainnya, diatas rekan-rekannya, yakni memiliki semangat motivasi yang lebih tinggi. Hasilnya adalah bahwa mereka selalu jauh lebih berhasil di dalam dakwahnya dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang kurang memiliki motivasi.
Di dalam proses kegiatan dakwah, faktor motivasi menjadi penentu bagi keberhasilannya. Adapun tujuan motivasi bagi seorang da’i adalah menggerakkan atau memacu objek dakwah (mad’u) agar timbul kesadaran membawa perubahan tingkah laku sehingga tujuan dakwah dapat tercapai. Dan seorang da’i dituntut untuk mengarahkan tingkah laku mad’u sesuai dengan tujuan dakwah kemudian menopang tingkah laku mad’u dengan menciptakan lingkungan yang dapat menguatkan dorongan-dorongan tersebut. Selanjutnya suatu organisme yang dimotivasi akan melakukan aktifitasnya secara lebih giat dan lebih efisien dibandingkan dengan organisme yang beraktifitas tanpa motivasi. Selain menguatkan organisme, motivasi cenderung mengarahkan kepada suatu tingkah laku tertentu.
Namun, tidak semua motivasi yang telah direncanakan tersebut berjalan mulus tanpa sandungan sedikitpun. Permasalahan seringkali muncul yang berkaitan dengan pemberian motivasi dalam dakwah, yaitu ketika da’i dalam mengarahkan tingkah laku mad’u tidak sesuai dengan tujuan dakwah tersebut, seperti pribadi da’i yang mungkin kurang dapat diterima, seperti watak yang keras, kaku, angkuh, sombong, materialistis, sifat yang tidak terpuji dan tingkah laku yang tidak mencerminkan seorang da’i, juga dari materi yang disampaikan kurang tepat sasaran, tidak sesuai dengan kebutuhan dan tidak sesuai dengan kadar kemampuan, juga dari teknis penyampaian dakwah tidak sesuai dengan keadaan yang menerima, dan dari alat yang dipergunakan tidak banyak menunjang keberhasilan dakwah, serta dari tujuan tidak jelas dan mungkin belum dihayati sehingga proses dakwah berjalan tanpa arah.

Pengaruh Motivasi Dalam Proses Dakwah
يسروا ولاتعسروا بشروا ولا تنفروا. (الحديث)           
“Permudahlah dan jangan kau persulit; gembirakanlah dan jangan kau mengatakan sesuatu yang menyebabkan ia lari dari padamu.” (hadits)
            Hadits tersebut merupakan salah satu pesan Nabi kepada kedua utusanya : Abu Musa Al Asy’ary dan Mu’azd ibn Jabal ketika hendak berangkat ke Yaman meunaikan misi da’wah yang ditugaskan kepadanya. Pesan tersebut mengandung nilai motivatif (kekuatan pendorong) dan persuasif (dorongan meyakinkan) terhadap orang lain tentang kebenaran yang disampaikan kepadanya. Atas dasar pesan demikian maka pihak-pihak yang menerima ajakan (da’wah) akan terbangkitlah dalam dirinya suatu daya rangsang terhadap kebenaran da’wah itu denga sukarela. Situasi dan kondisi demikian baru dapat berkembang bilamana motivasi terhadap tingkah laku dalam proses da’wah tersebut benar-benar mengenai sasarannya. Disinilah faktor motivasi menjadi penentu bagi berhasilnya proses pelaksanaan da’wah.
            Dalam teori motivasi terdapat yang disebut dengan “virus mental” atau “n Ach”. Itu tak lain adalah motive psikologis dalam diri manusia yang mampu mendorong untuk berusaha dengan giat memperoleh sukses yang lebih besar, dan motive demikian inilah yang sangat diperlukan dalam proses modernisasi masyarakat yang sedang membangun.
Bila hal tersebut dimanfaatkan dalam proses da’wah/ penerangan Agama maka jelaslah bahwa yang harus diperbuat oleh juru da’wah/ penerang Agama adalah menjiwai motive tersebut dengan ajaran agama sehingga bagi dirinya menjadi sesuatu religious reference (pola dasar hidup keagamaan) yang dinamis, bukan statis.
            Dalam usaha penjiwaan tersebut instink religious (naluri agama) yang ada dalam setiap diri manusia perlu dibangkitkan melalui berbagai metode, dengan mengingat corak lingkungan hidup dan sosio-kulturilnya, tingkat pendidikan, tingkat usia, peradaban, serta sosio-ekonomisnya.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar