Kamis, 19 Januari 2012

Landasan Teori Membaca


 Definisi Membaca

Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengarkan dan berbicara. Tetapi pada masyarakat yang memiliki tradisi literasi yang telah berkembang, seringkali keterampilan membaca dikembangkan secara terintegrasi  dengan ketrampilan menyimak dan berbicara. (Mulyati:2009:1.12).

Membaca adalah memperoleh pengertian dari kata-kata yang ditulis orang lain dan merupakan dasar dari pendidikan awal. Seseorang tanpa latar belakang membaca sangat menghambat baik dalam pendidikan, pencapaian cita-cita, maupun sosialisasinya di masyarakat. Akibatnya, seseorang yang tidak dapat membaca sangattidak menyenangkan. Membaca menurut Y. Sofyan mengandung pengertian sebagai suatu proses penafsiran dan pemberian makna tentang lambang-lambang oleh seorang pembaca dalam usahanya untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui kata-kata atau bahasa tulis. (Y. Sofyan, 1991).
Dalam pemerolehan atau belajar suatu bahasa, keterampilan berbahasa jenis reseptif tampak banyak mendukung pemerolehan bahasa jenis produktif (menulis dan berbicara). Dalam suatu peristiwa komunikasi seringkali beberapa jenis keterampilan berbahasa digunakan secara bersama-sama guna mencapai tujuan komunikasi.

Membaca juga merupakan salah satu keterampilan dalam berkomunikasi. Pengirim menyampaikan pesan itu dengan menggunakan lambang-lambang berupa tulisan. Dalam proses encoding, si pengirim mengubah pesan menjadi bentuk-bentuk bahasa tertulis, kemudian dikirimkan kepada penerima. Kemudian, si penerima dalam proses decoding berupaya memaknai bentuk-bentuk bahasa tulis itu sehingga pesan dapat diterima secara utuh. Aktivitas tersebut kita kenal dengan istilah membaca.
 Ustadz Quraish dalam bukunya yang lain, “Membumikan Al-Qur’an” (Mizan, 1992), secara menarik menafsirkan istilah iqra’ (yang biasa diartikan atau dipadankan dengan “Membaca” saja) dalam konteks pencapaian prestasi tertinggi peradaban dan manfaan pentingnya untuk dijadikan bekal kita memasuki zaman luber informasi seperti saat ini. Ustad Quraish, lewat studi etimologisnya, menemukan salah satu makna istilah terseut sebagai “menghimpun”. Bila dikaitkan dengan dunia teks, maka seruan iqra’ itu mengajak kita untuk “menghimpun makna”.

Dengan demikian Iqra’ yang diartikan membaca masih terus diperdengungkan karena itulah yang menjadi awal langkah bagi manusia untuk menggapai pengetahuan dan wacana informasi, dan mendapatkan jenjang pemahaman keilmuan yang lebih baik.
  Tujuan Membaca:

Membaca merupakan sarana untuk belajar  bagi diri sendiri dan untuk rekreasi. Dia samping itu, membaca juga merupakan sarana untuk mengusir kesepian, jendela bagi kehidupan dan pelita yang tak pernah padam untuk memahami sesuatu. Dengan membaca mampu membawa masa lalu dan masa depan ke dalam masa kini (Dayang Nellie, 1996).

Selanjutnya tujuan membaca antara lain untuk kebutuhan memenuhi tuntutan intelektual, spiritual, dan pengembangan pribadi; disamping itu, juga bermanfaat untuk mengetahui hal-hal aktual disekelilingnya serta untuk mengisi waktu luang (Hernowo, 2001:64).

Manfaat membaca

The man who does not read good books has no advantage over the man who cannot read them”–Mark Twain. Kata-kata bijak empu pengarang, Mark Twain diatas sudah menjelaskan banyak mengenai manfaat membaca. Dengan membaca buku bermutu, seseorang memiliki keunggulan komparatif dibanding orang yang tidak membaca.(Hernowo,2005:73)

     Selain itu, dengan membaca, orang lebih terbuka cakrawala pemikirannya. Melalui bacaan, seseorang berkesempatan melakukan refleksi dan meditasi, sehingga budaya baca lebih terarah kepada budaya intelektual dari pada hiburan yang dangkal. Karena itu para pakar menyimpulkan, untuk membangun masyarakat yang beradab dan maju, maka budaya baca perlu ditumbuhkan.

                 Dalam sejarah proses transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, membaca menjadi keniscayaan. Keterampilan membaca secara kritis menjadi modal dasar untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menyintesiskan bahan bacaan. Dengan membaca, pemikiran terbuka untuk melihat antarhubungan ide-ide dan menggunakannya sebagai salah satu tujuan dari membaca (Putra, 2008:7). Membaca bukanlah pekerjaan enteng. Kata orang, membaca adalah ibarat mengolahragakan otak. Sekadar membaca-tentu dengan perasaan senang – dan tidak usah memahami apa yang dibaca sudah sangat bermanfaat bagi otak.

Menurut Hernowo (2005:73) terdapat aneka ragam manfaat membaca dan menulis  yakni: Menata pikiran, Merumuskan keadaan diri, Mengikat dan mengontruksi gagasan, Mengefektifkan gagasan positif, Menajamkan pemahaman, mengasah daya ingt, mengenali detail diri, mengurai dan mengalirkan diri, membuang kotoran diri, merekam momen-momen mengesankan, meninggalkan “jejak” Pikiran yang sangat jelas, menyembuhkan diri, memfasihkan komunikasi intra dan Interpersonal, memperkaya diri dengan lautan kata, menunjukkan dengan kukuh bahwa diri itu unik, menggali diri paling dalam, memotivasi diri dengan alasan yang kukuh dan jelas, membantu bekerjanya imajinasi, memetakan pikiran, melatih diri menepati janji, mendidik diri dalam kejujuran, mengoneksikan, sel-sel otak secara sangat aktiv, menyalakan pikiran, mengukur pertumbuhan ruhani, mendorong menemukan hal-hal baru, mengefisienkan pengelolaan diri, menjadikan diri bermakna.

1 komentar: