Mahasiswa
merupakan suatu peralihan dari siswa menjadi Mahasiswa yang sudah duduk di
bangku perguruan tinggi. Mahasiswa didefinisikan sebagai segmen pemuda yang
tercerahkan karena memiliki kemampuan intelektual dan logis dalam berfikir.
Sebagai bagian dari pemuda, mahasiswa juga memiliki karakter positif lainnya,
antara lain idealis dan energik. Idealis berarti (seharusnya) mahasiswa masih
belum terkotori oleh kepentingan pribadi, juga belum terbebani oleh beban
sejarah atau beban posisi. Artinya mahasiswa masih bebas menempatkan diri pada
posisi yang dia anggap terbaik, tanpa adanya resistansi yang terlalu besar.
Sedang energik berarti pemuda biasanya siap sedia melakukan “kewajiban” yang
dibebankan oleh suatu ideologi manakala dia telah meyakini akan kebenaran
ideologi itu.
Dengan
potensi seperti diatas, mahasiswa sangat diperlukan dalam peranannya di
masyarakat. Sebagaimana dalam mencapai tujuan pendidikan seperti halnya setiap
mahasiswa IAIN Walisongo dibebani dengan Tri Etika Kampus sebagai arah dan
pedoman moral moral bagi pengembangan IAIN Walisongo yang berisi Etika Diniyah,
Etika Ilmiah, dan Ukhuwah. Diantaranya Etika Diniyah merupakan
peningkatanpemahaman, penghayatan dan pengamalan agama Islam. Etika Ilmiah
mengembangkan dan menjungjung tinggi kebebasan akademik secara bertanggungjawab
yang bermanfaat bagi lembaga dan masyarakat luas. Etika Ukhuwah, berupa
peningkatan semangat persaudaraan antar warga IAIN Walisongo dan masyarakat.
Melihat
realita yang terjadi di lapangan banyak corak sistem yang harus dibenahi dari
tataran kehidupan disekitar kita. Disini mahasiswa IAIN mempunyai peran serta
sebagai pengemban dakwah Islam. Dakwah Islam tersebut bisa dilakukan melalui
tiga hal. Yakni dakwah bil Hal, dakwah billisan, dan dakwah bil kitabah atau
dakwah bi al-Qalam. Dimana diera globalisasi ini yang banyak diperlukan adalah
dakwah bil kitabah, yang merupakan dakwah lewat media tulisan. Melalui tulisan
inilah hasil pemikiran dari para cendekiawan dapat tersalurkan
kekreativitasannya dalam menguraikan kata demi kata dari ideologi dan kemampuan
intelektualnya.
Dalam
Islam perintah menulis ini terdapat dalam firman Allah SWT, dalam Qs Al-Qalam
(68): 01;
“Nun (dawat), perhatikan qalam dan apa saja
yang mereka tulis dengannya.”
Dari ayat tersebut jelaslah bahwa
manusia itu diperintahkan untuk menulis dan memperhatikan apa yang mereka tulis
dengand awat. Dawat yang merupakan induk dari segenap alat tulis dan qalam
(kata-kata atau tulisan).
Apalagi sebuah tulisan
itu akan abadi terbukti banyak penulis yang sudah wafat, tapi keyakinannya
dalam tulisan dan karyanya tersebutmasih dianut oleh jutaan orang bahkan
milyaran orang didunia. Sebut saja Imam Syafi’i, Al Ghazali, WS. Rendra,
Jamaluddin Rachmad, dsb.
Bagi kaum akademisi
terutama mahasiswa inilah yang akan mengisi ruang-ruang tulisan tersebut. Pada
hakikatnya menulis kemudian bisa dinyatakan sebagia kegiatan produktif dengan
niatan menggelombangkan pikiran lewat uraian kata. Apalagi di IAIN Walisongo
ini para penulis merupakan sosok yang sangat sangat dihargai. Terbukti terdapat
sejumlah penghargaan berupa dana prestasi dan piagam penghargaan bagi mahasiswa
yang tulisannya termuat dalam media massa berupa surat kabar. Yang tentunya
menyertakan nama almamater IAIN Walisongo dalam tulisan tersebut. Itu merupakan
salah satu upaya dari lembaga IAIN Walisongo untuk memotivasi mahasiswa untuk
menulis di media massa.
Proses dalam membuat
tulisan, apalagi akan dipublikasikan di media massa. Agar tulisan dimuat, cara
yang mungkin dilakukan adalah menempa diri sebagai pembaca. Menulis tidak akan
memiliki kekuatan spiritual kalau tidak dimulai dengan tradisi membaca. Dengan
membaca inilah banyak kajian keilmuan yang diperoleh sehingga tulisan akan
semakin berbobot dan kuat pengaruhnya.
Ada beberapa ayat
al-Qur’an yang secara eksplisit memerintahkan umatnya untuk belajar menulis.
Salah satunya adalah lima ayat permulaan Qs. Al-Alaq (96): 1-5 yang secara
tegas menunjukkan hal ini,
“Bacalah
dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhamnulah Yang Maha Pemurah. Yang Mengajarkan
Manusia lewat perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.”
Ayat-ayat ini merupakan
wahyu yang pertama kali diturunkandan dengan begitu bisa ditegaskan betapa
pentingnya kemampuan membaca dan menulis, sehingga diucapkan pada kali pertama
sebagai permulaan masuknya agama Islam yang membawa peradaban khasanah keilmuan
pada waktu itu.
Dari uraian tersebut
terlihat betapa pentingnya menulis dalam kehidupan. Mahasiswa yang mempunyai
tanggungjawab terhadap pengabdiannya kepada masyaraka dituntut untuk memiliki
pemikiran Intelektual yang tinggi dan bermanfaat bagi masyarakat. Lewat media tulisan
tersebut dapat menyalurkan suara-suara pergerakan mahasiswa ke publik. Akan
tetapi menulis terutama di media massa itu tidak sembarang orangbisa
melakukannya. Karena diperlukan penguasaan wacana yang lebih dari yang lainnya.
Disinilah peran dari
Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) maupun Pers Kampus dalam mewadahi pergerakan
mahasiswa dalam tulis menulis. LPM di
IAIN Walisongo terbagi menjadi dua yakni LPM yang ada di Fakultas yakni LPM
MISSI (Fakultas Dakwah), LPM JUSTISIA (Fakultas Syari’ah), LPM IDEA (Fakultas
Usuluddin), LPM EDUKASI (Fakultas Tarbiah) dan satu LPM yang ada di Instutut
yaitu LPM yang masuk kedalam UKM AMANAT. Dalam LPM tersebut
tersedia berbagai macam kegiatan yang membimbing mahasiswa ke arah
tulis-menulis dalam rangka mengembangkan wacana dan Intelektualitas mahasiswa.
Bagus tulisannya.
BalasHapusSudah selayaknyalah mahasiswa berperan aktif dalam dunia tulis menulis sebagai agen perubahan, Baik dilingkungan kampus ataupun masyarakat.
salam kenal dari pers mahasiswa DINAMIKA IAIN Sumatera Utara
Makasih ya, komentnya? jadi lebih bersemangat nulis lagi nich!
BalasHapus